Kota Semarang, 17 September 2023 – Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang meresmikan Klinik Utama, menciptakan tonggak penting dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, terutama bagi warga Kota Semarang.
Peresmian Klinik Utama ini merupakan langkah bersejarah dalam perjalanan PMI Kota Semarang dalam membantu pasien thalasemia. Dalam diskusi mendalam tentang hematologi onkologi, kami menyambut kehadiran pasien thalasemia yang sangat bergantung pada transfusi darah berkualitas tinggi untuk kelangsungan hidup mereka. Shofa (21), salah satu penderita thalasemia asal Boja, Kendal, yang hadir dalam acara ini, membagikan pengalaman rutin melakukan transfusi darah di Klinik PMI Kota Semarang selama lebih dari 10 tahun.
“Sejak tahun 2010, saya telah melakukan transfusi darah di Klinik PMI Kota Semarang,” ujarnya.
Namun, Klinik Utama PMI Kota Semarang bukan hanya tempat untuk transfusi darah. Ini adalah pusat pelayanan kesehatan komprehensif yang melibatkan pemeriksaan umum, perawatan gigi, spesialis THT, spesialis penyakit dalam hematologi onkologi medik, klinik umum, klinik gigi, laboratorium, klinik thalasemia – hemofilia, serta fisioterapi dan pelayanan homecare. Dengan demikian, pasien tidak hanya mendapatkan perawatan transfusi darah, tetapi juga layanan kesehatan yang beragam dan penting.
Pentingnya akses pelayanan kesehatan berkualitas bagi pasien thalasemia dan penderita penyakit serupa menjadi sorotan dalam diskusi mendalam tentang hematologi onkologi yang diadakan dalam rangka peresmian Klinik Utama ini. Dr. dr. Eko Adi Pangarsa, Sp.PD, KHOM, Ketua Yayasan Kanker Anak Indonesia (YKI) Semarang Koordinator Jawa Tengah, mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini. Ia juga menyoroti kendala dalam akses obat-obatan dan pengobatan, yang mengakibatkan pasien harus bergantung pada keluarganya.
“Tidak semua pasien thalasemia ini dapat terakomodasi di rumah sakit,” ujarnya.
Dalam konteks ini, Klinik Utama PMI Kota Semarang memiliki peran penting dalam memberikan solusi bagi pasien thalasemia dan penyakit serupa yang memerlukan perawatan intensif. Klinik ini memiliki spesialisasi dalam hematologi onkologi dan didirikan sebagai bagian dari upaya untuk mengoptimalkan penggunaan darah yang disumbangkan oleh masyarakat sebagai pendonor di PMI Kota Semarang. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada pemborosan darah akibat kadaluarsa.
“Klinik Utama PMI Kota Semarang bertujuan untuk memaksimalkan pengolahan darah yang disumbangkan oleh masyarakat Kota Semarang dan memastikan bahwa darah tersebut tidak terbuang sia-sia,” kata Dr. dr. Awal Prasetyo, THT-KL, MKes, Ketua PMI Kota Semarang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M. Abdul Hakam, memberikan dukungannya terhadap Klinik Utama PMI Kota Semarang. Ia yakin bahwa kolaborasi antara PMI dan BPJS Kesehatan dapat menjaga kualitas dan mutu pelayanan kesehatan, sambil mengingatkan pentingnya mendapatkan akreditasi untuk memastikan kualitas pelayanan yang tinggi.
“Kalau sebagai klinik utama SIUP-nya sudah keluar. Nah, supaya nanti bisa menjadi klinik utama yang melakukan transfusi. Kemudian habis itu bisa kerjasama dengan BPJS ditambah lagi dengan akreditasi,” pesannya.
Selain berbicara tentang upaya penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, acara ini juga mencerminkan semangat kerja sama antara PMI dan BPJS Kesehatan dalam memastikan bahwa pasien thalasemia dan penderita penyakit serupa dapat mendapatkan pelayanan yang terjangkau. Dr. Lily Kresnowati, MKes, salah satu direktur BPJS, mengungkapkan bahwa lebih dari 50 persen kabupaten/kota di Indonesia telah menerapkan Universal Health Coverage (UHC) BPJS. Hal ini membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang paling cepat menerapkan UHC BPJS.
“Pemerintah berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh warganya. Kalau Pemda-nya sudah UHC, bisa langsung diaktifkan,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Dr. M. Abdul Hakam, Kepala Dinkes Kota Semarang, juga menyatakan dukungannya terhadap Klinik Utama PMI Kota Semarang. Menurutnya, kota-kota besar seperti Kota Semarang seharusnya memiliki klinik khusus yang mampu memberikan pelayanan untuk kasus kelainan darah, terutama mengingat bahwa sebagian besar pasien kelainan darah di kota ini berasal dari luar kota.
“Seharusnya kota-kota besar seperti Kota Semarang ini harus memiliki hal tersebut. Sehingga harapannya nanti (pasien) tidak menumpuk di rumah sakit,” paparnya.
Dengan peresmian Klinik Utama PMI Kota Semarang ini, harapannya adalah antrian pasien di rumah sakit dapat terurai, terutama karena layanannya lebih singkat di Klinik Utama PMI. Hakam juga mendorong agar PMI tidak hanya berfokus pada donor darah, tetapi juga terlibat dalam pembiayaan kegiatan klinik, dengan tujuan untuk terus mengembangkan pelayanan yang mereka tawarkan.
“Pastinya klinik utama ini bisa jadi kekhususan tadi, klinik yang khusus kanker dan kelainan darah, klinik ginjal, dan klinik lainnya. Kita dorong lebih lanjut,” ujarnya.
Acara tersebut ditutup dengan penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) antara Dr. dr. Awal Prasetyo dan Dr. dr. Eko Adi Pangarsa, yang kemudian bersama para pengurus PMI Kota Semarang, staf, relawan, dan tamu undangan, menuju Markas PMI Kota Semarang untuk meresmikan Klinik Utama ini secara resmi.