Menu Tutup

PMI Kota Semarang Siapkan Relawan Hadapi Krisis melalui Pelatihan Psikososial Support Program

Pelatihan PSP PMI Kota Semarang

Semarang, 25 April 2025 – Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang menyelenggarakan Pelatihan Psikososial Support Program (PSP) secara intensif selama tiga hari mulai tanggal 25-27 April 2025.

Kegiatan ini bertujuan untuk membekali relawan dan pegawai PMI dengan keterampilan dan pengetahuan dalam memberikan dukungan psikososial di tengah situasi bencana, krisis, dan keadaan darurat.

Dengan menghadirkan para narasumber berpengalaman dari PMI Provinsi Jawa Tengah, PMI Kota Semarang, dan PMI Kabupaten Kebumen, pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sumber daya manusia PMI.

Dukungan Psikososial dalam Penanggulangan Bencana

Dukungan psikososial merupakan salah satu aspek vital dalam respons kemanusiaan, karena trauma dan stres psikologis yang dialami korban bencana tidak kalah pentingnya dengan luka fisik.

Banyak korban bencana yang selamat secara fisik, namun mengalami luka batin yang mendalam akibat kehilangan orang tercinta, tempat tinggal, atau masa depan yang tidak pasti.

Oleh karena itu, PSP menjadi langkah strategis dalam memberikan pemulihan menyeluruh, baik fisik maupun mental. Relawan yang memiliki keterampilan PSP mampu menjadi penopang emosional bagi korban, sekaligus menjaga stabilitas psikologis masyarakat terdampak.

 

Ketua Pengurus PMI Kota Semarang, Dr. dr. Awal Prasetyo, M.Kes., Sp.THT-KL, MM(ARS), turut hadir dan memberikan motivasi kepada peserta.

Beliau menyatakan bahwa tantangan dalam pekerjaan kemanusiaan tidak semakin mudah, sehingga peningkatan kapasitas dan spesialisasi menjadi kebutuhan mendesak. “Program spesialisasi lanjutan sangat diperlukan agar fasilitator PSP dapat lebih spesifik dalam memberikan bantuan psikososial, sesuai dengan karakteristik masyarakat terdampak,” ujarnya.

Beliau berharap agar pelatihan ini menjadi awal dari penguatan sistemik dalam respons bencana berbasis psikososial.

Materi Pelatihan

1. Kepalangmerahan

Pelatihan dimulai dengan materi tentang prinsip-prinsip dasar kepalangmerahan, termasuk tujuh prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah: Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, dan Kesemestaan. Peserta didorong untuk memahami nilai-nilai ini sebagai fondasi moral dalam setiap intervensi kemanusiaan. Materi ini membantu peserta melihat peran mereka bukan hanya sebagai pekerja lapangan, tetapi juga sebagai agen nilai-nilai universal dalam membantu sesama tanpa memandang latar belakang.

2. Bencana, Krisis, dan Keadaan Darurat

Sesi ini membahas klasifikasi bencana alam, non-alam, dan sosial. Peserta mempelajari karakteristik respons pada masing-masing jenis krisis, serta siklus manajemen bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga pemulihan. Pemahaman ini sangat penting agar relawan dapat menentukan pendekatan yang tepat dalam setiap situasi. Diskusi juga mencakup berbagai contoh kasus nyata, yang memperkuat kemampuan analitis peserta dalam merespons krisis secara terukur.

3. Pertolongan Pertama Psikologis (Psychological First Aid)

Pertolongan pertama tidak hanya diberikan pada luka fisik. Materi ini menekankan pentingnya memberikan dukungan emosional awal kepada korban bencana melalui teknik Psychological First Aid (PFA). Peserta mempelajari cara menciptakan rasa aman, mendengarkan aktif, tidak memaksa bercerita, serta menghubungkan korban dengan dukungan yang tersedia. PFA menjadi keterampilan krusial yang wajib dimiliki relawan lapangan, karena dapat mencegah trauma berkepanjangan dan membantu proses pemulihan mental secara alami.

4. Dasar-Dasar Dukungan Psikososial

Sesi ini menggali aspek-aspek penting dari dukungan psikososial, seperti membangun kembali rasa aman, pemulihan kontrol diri, penguatan hubungan sosial, dan pemberdayaan komunitas. Pendekatan yang digunakan bersifat partisipatif, dengan menempatkan korban sebagai subjek aktif dalam proses pemulihan. Peserta dilatih untuk mendampingi, bukan menggantikan peran korban dalam mengatasi dampaknya sendiri. Hal ini bertujuan menciptakan keberdayaan jangka panjang.

5. Asesmen Psikososial

Asesmen menjadi dasar dari intervensi yang tepat. Materi ini melatih peserta dalam melakukan pengumpulan informasi mengenai dampak psikososial melalui observasi, wawancara, dan survei singkat. Peserta belajar mengenali tanda-tanda distress, dinamika sosial masyarakat terdampak, serta sumber daya lokal yang dapat dimobilisasi. Asesmen juga menjadi landasan untuk menentukan prioritas bantuan dan mengukur efektivitas intervensi.

6. Dampak Bencana terhadap Kelompok Rentan dan Cara Menolong

Kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, perempuan, dan penyandang disabilitas kerap mengalami dampak lebih berat saat bencana. Mereka menghadapi tantangan lebih besar dalam mengakses bantuan dan mempertahankan kesejahteraan psikologisnya. Materi ini memberikan pemahaman tentang pendekatan yang tepat dan sensitif terhadap kebutuhan kelompok rentan. Peserta dilatih untuk menciptakan ruang aman, menggunakan bahasa inklusif, dan menjalin komunikasi yang mendukung dengan kelompok ini.

7. Stres dan Trauma

Stres dan trauma adalah reaksi alami terhadap kejadian luar biasa. Dalam sesi ini, peserta mempelajari perbedaan antara stres normal dan gangguan stres pascatrauma (PTSD), gejala yang perlu diwaspadai, serta strategi penanganannya. Materi ini penting agar relawan tidak salah dalam memberikan respon, serta dapat melakukan tindakan awal sebelum merujuk ke tenaga profesional.

8. Mengelola Stres pada Pekerja Kemanusiaan

Pelatihan ini juga menaruh perhatian besar pada kesejahteraan mental relawan. Mereka juga bisa mengalami kelelahan emosional atau burnout. Sesi ini membekali peserta dengan strategi coping mechanism, seperti relaksasi, refleksi, manajemen waktu, dan dukungan sosial antar tim. Kesehatan mental relawan adalah fondasi dari bantuan yang efektif dan berkelanjutan.

9. Praktik Simulasi PSP

Setelah mempelajari teori, peserta mengikuti simulasi situasi bencana. Mereka dibagi dalam kelompok, menjalankan peran sebagai pemberi bantuan dan penerima bantuan. Simulasi ini menekankan pentingnya koordinasi tim, kepekaan sosial, serta keterampilan komunikasi yang baik. Pengalaman ini sangat berharga sebagai sarana evaluasi dan penguatan kompetensi lapangan.

10. Rencana Kerja Tindak Lanjut

Sebagai bagian akhir dari pelatihan, peserta menyusun rencana kerja berdasarkan konteks wilayah masing-masing. Mereka mengidentifikasi potensi risiko bencana lokal, merancang program dukungan psikososial komunitas, dan merumuskan mekanisme pelaporan. Fasilitator membantu peserta membuat rencana yang konkret dan terukur untuk memastikan keberlanjutan pelatihan di tingkat implementasi.

 

Baca Juga: PMI Kota Semarang Latih 40 Fasilitator SPAB untuk Sekolah Lebih Tangguh Hadapi Bencana

 

Pelatihan Psikososial Support Program yang dilaksanakan PMI Kota Semarang tidak hanya menjadi ruang belajar, tetapi juga tempat memperkuat empati, solidaritas, dan profesionalisme dalam aksi kemanusiaan.

Kegiatan ini mencerminkan komitmen PMI dalam memperkuat aspek non-fisik dari penanggulangan bencana. Dengan relawan dan pegawai yang terlatih, dukungan terhadap masyarakat terdampak dapat lebih bermakna, manusiawi, dan berkelanjutan.